Kesenjangan Perempuan di Dalam Konteks Ekonomi

India3

Pada tanggal 8 Maret, dunia memperingati acara International Women’s Day (IWD) atau dalam Bahasa Indonesia adalah Hari Perempuan Sedunia. Di beberapa daerah di dunia peringatan Hari Perempuan Sedunia ini dirayakan dengan cara memberikan menghotmati dan memberikan apresiasi dalam konteks ekonomi, sosial dan hak hak politik. Di dalam sejarahnya, Hari Perempuan Sedunia pertama kali diselenggarakan oleh Socialist Political Event pada tahun 1909.

Perjuangan perempuan untuk mencapai hak-hak yang setara dengan para pria masih menempuh jalan yang panjang. Di negara negera berkembang, hak ekonomi, sosial dan politik yang di miliki perempuan adalah sesuatu yang mahal.

Lagarde-Christine

Inequity in United States

GenderEquality

Hal ini diungkapkan oleh Direktur IMF, Christine Lagarde, yang ditulis dalam surat kabar eleketronik CNN Money US. Menurut Lagarde bahkan di negara yang maju, perempuan masih menerima kesenjangan gaji dengan pria. Walaupun dengan job desk dan skill yang sama, perempuan menikmati gaji yang lebih sedikit daripada pria.

Ketika Presiden Obama menempati White House pada tahun 2009, perbandingan kesenjangan gaji di US antara perempuan dengan pria adalah 77 cent untuk setiap gaji yang perempuan dibandingkan dengan 1 dollar yang diterima pria. Walaupun pada saat ini menurut data yang dikeluarkan oleh Pemerintah Amerika Serikat (AS) terjadi peningkatan yakni 79 cent (perempuan) kepada 1 dollar (pria)

Legarde menambahkan jika menggunakan hitungan, maka untuk kenaikan 1 dollar di US membutuhkan waktu 80 tahun.

Around The Globe

Sri Mulyani Indrawati

Kesenjangan perempuan yang terjadi di AS dan negara maju lainya tidak separah seperti yang dialami oleh perempuan di negara berkembang.Di negara berkembang perempuan masih kesulitan dalam membuka rekening tabungan, mengakses edukasi, sampai untuk memiliki tanah sendiri.

Menurut Ibu Sri Mulyani Indrawati yang bekerja sebagai Managing Director IMF, mengemukakan bahwa hanya 25% saja perempuan di negara berkembang yang memiliki akses rekening tabungan.

Why is important to narrow the gap?

Di dalam sektor swasta, menurut Lagrade, dengan memberikan ruang kepada perempuan untuk masuk ke dalam Board of Director perusahaan dapat meningkatkan nilai bottom line perusahaan di angka 8% sampai dengan 13%. Bottom line yang lebih dikenal net income adalah keuntungan perusahaan setelah dikurangi oleh expenses. Kesimpulan ini diambil dari 2 juta perusahaan di 34 negara di Eropa.

Di dalam konteks ekonomi makro, pengakuan hak hak ekonomi dapat meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi. Menurut konsultan McKinsey,  dengan memberikan gaji yang setara antara perempuan dan pria dapat menyumbang angka pertumbuhan global sebesar 28 trillion dollar AS atau sekitar 25% pada tahun 2025. Hal itu berarti hampir setara jika dibandingakn dengan nilai ekonomi Amerika Serikat dan China digabung.

How to fix it?

Seperti layaknya judul lagu coldplay, ‘fix you’, Legarde memiliki solusi untuk memecahkan masalah ini. Menurut beliau untuk solusi jangka panjang adalah dengan mengubah perspektif masyarakat saat ini. Hal tersebut harus dijembatani dengan diterapkan pada culture dan hukum yang berlaku.

Di negara seperti AS, Jepang, dan beberapa negara di Eropa solusi jangka pendek dapat dengan mensosilisasikan equal pay di perusahaan dan menghilangkan pajak yang membebani orang kedua di dalam keluarga untuk berkerja.

Di negara berkembang, dengan cara membuka akses dengan lebar untuk perempuan untuk membuka rekening di bank. Dengan hal ini, perempuan dapat kesempatan yang sama dengan pria untuk mendapatkan keuntungan financial dari bank. Sedangkan untuk bank, hal tersebut dapat meningkatkan uang yang dapat bank kelola.

Peru: Success Story

Flag_of_Peru_(1)

Peru terlah berhasil melaksanakan praktik untuk mengurangi kesenjangan gender antara perempuan dan pria. Negara di Amerika Selatan tersebut pada tahun 1990 mengubah konstitusi di negara nya yang memiliki sifat deskriminasi kepada perempuan. Semenjak saat itu, Peru menikmati economic boom dengan didukung data 68% perempuan di Peru telah bekerja.

Pada pemempin dunia telah sepakat untuk mengurangi gender equity dan memberdayakan perempuan sebagai top prioritas kebijakan mereka. Dihapakan pada tahun 2030 gender equity menjadi hilang. Hal ini ditulis dalam  tujuan United Nations’ 15 Sustainable Development Goals.

Oleh Adrian A Wijanarko. Jakarta, 10 Maret 2016.

 

 

 

 

Leave a comment