Diskriminasi Umur pada Bagian Kepegawaian Milik Organisasi Milik Pemerintah

Menurut Wikipedia, diskriminasi adalah pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini di buat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tertentu. Bentuk bentuk diskriminasi yakni diskriminasi umur, gender, kesehatan, ras, agama dan kaum. Pada organisasi di tempat kerja, diskriminasi yang mudah dijumpai adalah struktur gaji, penerimaan karyawan, strategi kenaikan jabatan, dan lainya.

pns-masalah130513b

Salah satu perlakuan diskriminasi di organisasi adalah diskriminasi umur. Mungkin bagi sebagian kalangan diskriminasi umur atau lebih dikenal dengan senioritas merupakan sesuatu yang sepele. Namun hal tersebut masih sering terjadi di organisasi milik pemerintah. Di organisasi tersebut, senior masih diibaratkan ‘dewa’. Hal yang diucupkan selalu benar. Tidak boleh ada bantahan dari juniornya. Peluang promosi pun harus menunggu giliran dari senior nya. Hal ini adalah salah satu bentuk senioritas yang sederhana. Mungkin dalam konteks menghormati para senior, hal tersebut baik pada kehidupan bermasyarakat dan berorganisasi. Semua orang, khususnya senior selayaknya harus diberikan respect sebagai tanda hormat. Namun ketika senioritas dianggap yang berlebihan dapat membuat iklim negative di dalam organisasi. Selayaknya semua orang di dalam organisasi, baik yang muda ataupun yang tua memiliki hak yang sama dalam memiliki kesempatan baik dalam menyampaikan pendapat, promosi ataupun mengkritisi siapa pun (dalam hal yang positif tentunya)

Salah satu hal yang mempengaruhi adalah budaya yang dimiliki organisasi tersebut. Budaya organisasi di sektor pemerintah belum beradaptasi selayaknya pada organisasi swasta. Oleh hal tersebut sebaiknya organisasi pemerintah harus mengubah cara berorganisasi dengan mengubah budaya organisasi dengan menyampingkan senioritas. Dengan hal ini berarti memberikan keleluasaan untuk individu memiliki hak yang sama baik dalam menyampaikan pendapat, promosi ataupun lainya. Budaya positif harus ditumbuhkan dimana semua orang baik yang muda dan tua sama sama saling menghormati satu sama lain dan bantu membantu untuk mencapai tujuan perusahaan.

Dengan menghilangkan senioritas dapat menciptakan sesuatu yang hal positif. Pertama, organisasi secara langsung mengakui mengapresiasi segala individu di dalamnya, baik senior atau junior, untuk berpartisipasi aktif di dalam organisasi tersebut. Dengan mengakui hak para junior, otomatis akan meningkatkan motivasi keryawan untuk berkerja dan menciptakan loyalitas terhadap organisasi. Kedua adalah ide yang dapat datang dari mana saja. Dengan dihilangkannya senioritas, akan mendorong semua individu untuk memberi ide yang bersifat ‘out of the box’. Dengan hal tersebut, organisasi lebih baik dalam melakukan transformasi untuk melayani stakeholder nya.

Harus ada dorongan bagi sektor pemerintah untuk melakukan perubahan budaya supaya menghilangkan deskriminasi umur. Pada sektor swasta, diskriminasi ini dihilangkan dengan tujuan supaya perusahaan dapat bersaing baik untuk mendapatkan costumer, pangsa pasar, karyawan yang potensial atau sebagainya. Salah satu alasan pendorong sektor swasta menghilangkan diskriminasi umur adalah untuk selalu mencari profit, sehingga dengan budaya yang terbuka dengan menghilangkan praktik senioritas atau bentuk diskrimiasi lainya. Dorongan tersebut yang harus didasarkan kepada sektor pemerintah untuk mendorong mereka untuk selalu bertransformasi sehingga otomatis harus menghilangkan segala bentuk diskriminasi yang sudah lama ada di sektor pemerintahan.

Adrian A Wijanarko, 29 Januari 2016

Corporate Social Responsibility: Bentuk Affirmative Action Perusahaan untuk Stakeholder

Definisi tanggung jawab sosial perusahaan atau yang bisa di sebut Corporate Social Responsibility (CSR) menurut Wikipedia adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang diantaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas, dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Dalam arti singkat, CSR ini adalah sebuah pertanggungjawaban perusahaan / organisasi terhadap seluruh stakeholder dan lingkungan.

Inspera@Katumbiri 2

Contoh kasus adalah ketika perusahaan Indosat Ooredoo adalah membuat program CSR yang bernama INSPERA (Inspiring Indonesian Women). Program INSPERA ini bertujuan untuk memperbaiki dan memberdayakan taraf ekonomi perempuan di desa yang terpencil melalui ICT (Information and communication technology). Salah satu aktivitas INSPERA adalah memberdayakan bisnis yang dikelola skala rumah tangga oleh para perempuan untuk menggunakan teknologi untuk membantu memasarkan produk mereka ke taraf internasional. Hal tersbut dapat dikategorikan sebagai bentuk Affirmative Action perusahaan Indosat kepada stakeholder, yakni komunitas perempuan di Indonesia.

Dalam hal ini, Indosat memberikan bentuk perlakuan khusus kepada masyarakat dalam pemberdayagunaan perempuan di desa yang kurang mampu. Bentuk ini kebalikan dari Categorical Imperative, dimana semua orang mendapatkan perlakuan yang sama, tanpa terkecuali. Hal ini sama dalam kesempatan. Categorical Imperative memberi kesempatan kepada semua orang setara tanpa kecuali. Namun hal ini menyebabkan ketidakseimbangan karena, faktanya, tidak semua orang mendapat perlakuan yang sama. Contoh nya, kaum perempuan di desa terpencil tidak mendapatkan hak yang sama dalam hal pendidikan seperti perempuan di kota besar. Hal ini terjadi juga pada perempuan juga tidak mendapatkan hal yang sama dalam hal karir, misalkan, seperti yang di dapatkan oleh pria umumnya.

Bentuk CSR kurang lebih adalah bentuk yang memiliki sifat affirmative action kepada stakeholder yang bersinggungan langsung kepada bentuk operasional perusahaan. Hal ini juga berlaku seperti bentuk CSR yang bersinggungan dengan lingkungan. Hal ini berarti perusahaan memberikan bantuan khusus supaya lingkungan sustainable dan tidak melulu kalah digerus oleh pembangunan kota besar.

Adrian A Wijanarko, 28 Januari 2016

 

 

The long last story: Germany and the Immigrant

 

Public Viewing: Germany v Spain - 2010 FIFA World Cup

BERLIN: (Photo by Sean Gallup/Getty Images)

 

Jerman memiliki sejarah panjang tentang migrasi. Dari data yang dikumpulkan German Federal Statistic Office pada tahun 2011 dari 80,3 juta penduduk Jerman, 19% atau sekitar 15,96 juta penduduk diantaranya adalah penduduk yang memiliki sejarah migrasi (data diambil setelah tahun 1949 dari setidaknya penduduk yang lahir di luar dan bermigrasi di Jerman, dan lahir di Jerman namun dari orangtua yang lahir di luar Jerman).

Pada awal akhir tahun 1949, Jerman Barat mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi. Angka pertumbuhan ekonomi tertinggi di Jerman sampai dengan 12,1%. Angka pengangguran turun dari 11% pada tahun 1950 ke angka 1% di tahun 1960. Dengan angka pertumbuhan yang terus bertumbuh, Jerman Barat pada saat itu membutuhkan tenaga kerja baru untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Artinya disaat ekonomi terus bertumbuh, industri yang mendorong ekonomi tersebut memerlukan human resource sebagai ‘bahan bakar’ supaya indsutri tetap berjalan. Namun dengan berkurangnya human resource tersebut, hal ini membahayakan pertumbuhan ekonomi Jerman yang sedang on fire.

Pada tahun 1964, Jerman Barat kedatangan guest worker yang datang dari Rodrigues de Sá of Portugal. Guest worker ini adalah pekerja yang datang untuk berkerja di Jerman Barat. Namun mereka tinggal di Jerman Barat hanya sebagai tamu. Pada saat itu guest worker tersebut dipekerjakan pada level unskilled labor (pekerja kasar).

Embargo minyak terjadi pada tahun 1967 berdampak pada ekonomi dunia, tidak terkecuali Jerman Barat. Embargo minyak terjadi ketika negara negara Arab membatasi jumlah produksi minyak atas protes terhadap masuknya negara Israel di wilayah Arab. Pada tahun itu, Jerman Barat mengeluarkan recruitment ban (Anwerbestopp). Recruitment ban atau dalam bahasa Indonesia nya pembatasan penerimaan tenaga kerja baru dikeluarkan untuk pekerja yang berasal dari luar dari European Economic Community, yang kemudian menjadi cikal bakal European Union. Isu recruitment ban tersebut membuat tenaga kerja luar yang sudah berada di Jerman Barat sebelum recruitment ban dikeluarkan, berpikir ulang untuk keluar dari Jerman Barat. Hal tersebut dikarenakan mereka takut tidak bisa kembali ke Jerman Barat kembali untuk berkerja. Pada saat itulah mereka mengajukan short-term stay residence (izin tinggal sementara) untuk dapat terus bekerja di Jerman Barat. Hal itulah yang menjadi cikal bakal warga imigran yang kemudian menjadi wagra negara Jerman salah satunya melalui perkawinan.

spiegel_covers

“Jerman memiliki sejarah panjang tentang migrasi. Dari data yang dikumpulkan German Federal Statistic Office pada tahun 2011 dari 80,3 juta penduduk Jerman, 19% atau sekitar 15,96 juta penduduk diantaranya adalah penduduk yang memiliki sejarah migrasi”

Ketika reunifikasi Jerman Barat dan Jerman Timur terjadi pada tahun 90’an, angka imigran yang masuk ke dalam Jerman kembali bertambah. Hal ini berasal dari kondisi geo-politik Eropa yang terjadi yakni oleh perpecahan di Yugoslavia dan Uni Soviet serta krisis hak asasi manusia di Turki, mendorong para imigran masuk ke dalam Jerman. Kondisi ini terus berlangsung ketika tahun 2000’an Jerman mengeluarkan kebijakan parpor ganda. Paspor ganda ini berarti pemilik paspor Jerman berhak memiliki paspor warga negara selain Jerman.

Economy and Immigration Boost German Jobs

angelaMerkelThoughtful_large

“Perbedaan yang paling mendasar pada tahun 1950 dan sekarang adalah kekurangan tenaga kerja saat ini dikarenakan oleh jumlah rata rata umur warga negara di dalam negeri Jerman sudah semakin makin menua.”

Pada dasarnya yang terjadi pada saat ini tidak jauh berbeda dari tahun 1950. Jerman pada saat ini masih membutuhkan migran untuk menyediakan sumber daya manusia untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri. Perbedaan yang paling mendasar pada tahun 1950 dan sekarang adalah kekurangan tenaga kerja saat ini dikarenakan oleh jumlah rata rata umur warga negara di dalam negeri Jerman sudah semakin makin menua.

Berbeda antara negara maju dan negara berkembang dapat di lihat dari statistik rata rata umur penduduknya. Warga negara maju memiliki rata rata umur warga negara sangat tua. Maksudnya adalah warga negara maju lebih memilih untuk berkerja dan memiliki keluarga yang kecil (satu suami, satu istri dan satu atau dua orang anak). Salah satu faktor pendorong hal ini adalah kesibukan mereka di dalam pekerjaan, sehingga memilih untuk tidak memiliki keluarga besar. Akibatnya, negara maju kekurangan jumlah wagra negara yang produktif untuk menggantikan generasi diatasnya. Ketika hal itu terjadi, maka negara maju berpotensi mengalami polulasi penuaan, dan berdampak pada sektor ekonomi negara secara makro.

Hal tersebut juga terjadi pada Jerman. Jerman membutuhkan tenaga kerja untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Pekerja yang datang dari Eropa Timur seperti Romania, Bulgaria dan Croatia datang ke Jerman untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Selain itu negara yang terkena dampak krisis seperi Yunani, Potugal dan Italia ‘menyumbang’ tenaga kerja migran yang masuk ke Jerman. Menurut koran lokal di Jerman, pada saat tahun 2015 mencatatkan 1,09 juta penduduk yang masuk ke Jerman untuk berkerja.

Germany’s Brutal Immigrant Awakening

image

“Sebagian besar imigran yang datang sendiri dan tanpa pekerjaan membuat proses adaptasi imigran dengan warga lokal tidak semudah yang diperkirakanya.”

Imigran yang datang ke Jerman tidak melulu mendatangkan hal positif bagi Jerman. Tingkat pendidikan imigran yang rendah diperparah oleh kesenjangan ekonomi antara imigran dan penduduk lokal menyebabkan tingkat kriminalitas menjadi bertambah. Pada saat perayaan tahun baru di Cologne terjadi peristiwa pemerkosaan secara massal dan perampokan warga lokal oleh para imigran. Sebagian besar imigran yang datang sendiri dan tanpa pekerjaan membuat proses adaptasi imigran dengan warga lokal tidak semudah yang diperkirakanya.

Tidak hanya di Jerman, penyerangan seksual dan tingkat kriminalitas juga terjadi di kota lain. Peristiwa lain juga terjadi di Zurich, Hamburg, Oslo dan kota kota lain di Eropa. Kanselir Jerman, Angela Merkel menegaskan bahwa hukum tetap harus ditegakkan. Semua yang terbukti melakukan penyerangan tidak bisa di toleransi dan harus di pulangkan ke negara asal. Pendidikan seks di Norwegia kepada imigran juga dinilai tidak efektif untuk menekan angka kriminalisasi oleh imigran.

Conclusion

Setiap keputusan yang di ambil memiliki dampak buruk dan dampak negatif. Hal ini tidak menjadi masalah selama pengambil keputusan siap terhadap konsekuensi atas dampak negatif yang ditimbulkan. Keputusan yang Jerman ambil dengan mengundang masuk migrasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi memiliki dampak negatif. Mungkin masih banyak dampak negtif atas keputusan ini yang belum diungkapkan oleh media lokal. Namun apapun itu, pertumbuhan ekonomi tetap menjadi prioritas yang harus diambil. Karena dengan pertumbuhan ekonomi, warga negara tetap mendapatkan kesejahteraan dari usaha yang mereka hasilkan. Negara di satu sisi mendapatkan pajak atas kegiatan ekonomi yang berjalan.

Untuk di Indonesia, hal ini tidak terjadi. Indonesia saat ini kelebihan sumber daya manusia. Angka pengangguran di Indonesia masi terbilang tinggi. Hal tersebut tentu menjadi pekerjaan rumah pemerintah kita untuk membuka lapangan pekerjaan melalui inovasi dan teknologi. Tujuan untuk mensejahterakan seluruh masyarakat suatu hari harus dilaksanakan. Cepat atau lambat. Sulit atau mudah. Janji kemerdekaan harus di lunasi.

Adrian A Wijanarko, 20 Januari 2016

Is It the World’s Problem Getting Complex by Now?

syrian-refugees-opener-615

Indonesia baru saja terkena serangan ISIS, negara Islam Iraq dan Syiria. Serangan yang terjadi pada tanggal 14 Januari 2016 ini adalah serangan yang pertama kali di lancarkan ISIS di Asia Tenggara. Di Syiria sendiri, perang yang tidak berkesudahan akhirnya membuat warga di negara tersebut melakukan migrasi secara massal. Umum nya mereka pergi ke negara barat. Mengapa ke barat? Tentu nya untuk mencari kelayakan hidup yang lebih baik. Tidak hanya Eropa, setidaknya Amerika Serikat dan Kanada juga menjadi tujuan para pengungsi. Hal ini membuat masalah baru di negara barat. Pengungsi yang masuk menjadi tanggung jawab negara yang menerima dan mereka dapat menikmati fasilitas fasilitas negara berikan melalui uang pajak.

Tidak hanya masalah ISIS. Masalah dunia yang juga sedang dihadapi oleh Indonesia adalah Global Warming. Setidaknya di Eropa mencatatkan peristiwa Warm Christmas yang dimana salju tidak turun di hari natal. Tentunya peristiwa tersebut adalah peristiwa yang tidak biasa oleh warga eropa. Masalah global warming juga berdampak di China. Di akhir tahun ini pemerintah telah mengeluarkan tanda bahaya yang paling tertinggi dampak asap di wilayah ibukota Beijing. Tidak lupa di dalam negeri ada kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan.

Actually, there is a correlation between war in Syria and Global Warming

prince-charles_2555828b

 

“Tidak ada agama yang mengajarkan tentang kekerasan. kembali, faktor ekonomi menjadi salah satu penyebab munculnya konflik yang ada saat ini.”

Menurut Pangeran Charles pada interview menjelang COP21 summit di Paris menjelaskan adanya korelasi positif antara global warming dan ISIS.

COP21 adalah konfrensi tentang climate change yang diadakan oleh United Nation dengan dihadiri oleh mayoritas kepala negara di seluruh dunia. Konfrensi ini dilaksanan untuk membahas dampak dari pemanasan global yang sudah berdampak di seluruh dunia. Saat Beijing terkena dampak asap terparah sepanjang sejarah, Presiden China Xi Jinping langsung mengeluarkan statement bahwa China akan berpartisipasi aktif untuk melawan global warming, khususnya dalam pengelolaan asap.

Pangeran Charles mengungkapkan masalah kelangkaan sumber daya dan kekeringan berkepanjangan yang disebabkan oleh global warming. Kekeringan yang melanda Syiria selama 5 sampai 6 tahun menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya perpindahan warga keluar dari Syiria.

Kekeringan juga berdampak bagi warga yang terkena dampak langsung secara ekonomi. Masyarakat kalangan bawah yang profesi pekerjaannya terkena dampak langsung dari kekeringan, seperti sektor pertanian atau perternakan, mulai kesulitan dalam mencari uang. Saat itulah masuk propaganda ISIS yang menawarkan bantuan uang yang besar jika mereka bersedia masuk ISIS.

Tidak ada agama yang mengajarkan tentang kekerasan. kembali, faktor ekonomi menjadi salah satu penyebab munculnya konflik yang ada saat ini. Ketika individu kesulitan dalam memenuhi kebutuhan makan nya, maka individu berkecenderungan melakukan kegiatan yang menentang norma di masyarakat. Hal ini sama seperti kasus maling yang harus mencuri demi bisa makan.

Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah Indonesia. Dampak kemiskinan yang dapat tumbuh nya kelompok radikal di dalam negeri. Faktor climate change juga akan berpotensi membuat angka kemiskinan menjadi lebih tinggi.

Kembali mencoba menjawab pertanyaan yang menjadi judul artikel ini, ‘apakah memang permasalahan di dunia sudah semakin komples?’

Pertanyaan saya yang dapat menjawab hal ini adalah tidak. Kembali kesejahteraan ekonomi merupakan kunci untuk menekankan tindakan radikal yang ada saat ini. Ketika semua negara kembali kepada ideologi ketika didirikan nya, yakni mencoba mensejahterkan semua masyarakatnya, hal ini mungkin bisa di tekan.

Adrian Wijanarko, 18 Januari 2016